Sesi Discover Scuba Diving yang mengakibatkan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun menderita cedera akibat baling-baling perahu telah membuat operator selam terbesar di Indonesia berselisih dengan orang tua anak muda tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 23 Mei, ketika Blue Marlin Dive Gili Trawangan, sebuah resor selam PADI 5* di lepas pantai barat laut Lombok, membawa wisatawan India Aaryan Pathania untuk mencoba menyelam di sebuah lokasi bernama Turtle Heaven.
Remaja itu setiap saat berada di bawah pengawasan langsung instrukturnya, menurut Blue Marlin Dive.
"Selama reposisi permukaan, dan meskipun instruktur segera berupaya membimbing dan menarik Aaryan menjauh dari perahu, kondisi permukaan yang ada menyebabkan Aaryan bersentuhan secara tidak sengaja dengan perahu," perwakilan hukum resor Satiya Wirawan menjelaskan dalam korespondensi dengan keluarga Pathania.
Kontak ini mengakibatkan luka robek di tungkai bawah Aaryan dan lecet di kedua kaki, cedera yang kemudian dijelaskan oleh Blue Marlin Dive sebagai cedera ringan.
Setelah melakukan penyelidikan internal, resor selam tersebut membantah tuduhan kelalaian operasional dan pelanggaran standar keselamatan yang berlaku yang dibuat oleh ayah Aaryan. Manish Pathania mengatakan bahwa para saksi telah menyadari mesin perahu selam menyala saat penyelam berada di dalam air, dan akibatnya pengemudi lalai.
โMesin perahu biasanya dihidupkan sebentar untuk mencegahnya menghantam karang,โ kata Wirawan. โSetelah mesin dimatikan, baling-baling berputar sebentar sebelum berhenti total.
โSifat luka yang dangkal jelas membuktikan bahwa mesin dan baling-baling tidak menyala saat insiden terjadi. Jika menyala, cederanya akan jauh lebih parah.โ

Pertolongan pertama telah diberikan di tempat kejadian, sebelum Aaryan dibawa ke fasilitas medis di Lombok untuk dibersihkan dan dijahit lukanya. Ketika ditawari kesempatan untuk membawanya ke "rumah sakit berstandar internasional", Wirawan mengatakan bahwa keluarganya lebih memilih klinik terdekat sehingga mereka dapat kembali ke Gili Trawangan dengan gangguan yang paling kecil terhadap rencana perjalanan mereka.
Blue Marlin Dive telah menanggung semua biaya medis dan perjalanan serta hal-hal tak terduga hingga keberangkatan keluarga tersebut, dan tawarannya untuk menginap semalam di Gili Trawangan agar luka Aaryan punya waktu tambahan untuk stabil telah ditolak.
Ketika keluarga tersebut meminta peningkatan kelas bisnis pada penerbangan mereka kembali ke India untuk ketiga anggotanya, karena Aaryan membutuhkan ruang kaki ekstra, Blue Marine telah setuju untuk menanggung biaya dua dari peningkatan tersebut.
Tugas perawatan
Keluarga Pathania menegaskan bahwa Blue Marlin Dive memiliki kewajiban untuk menjaga anak di bawah umur yang berada di bawah pengawasannya selama pengalaman resmi PADI, dan bahwa mereka kurang berempati dalam urusan selanjutnya dan berusaha menghindari akuntabilitas.
Mereka kini telah meminta kompensasi sebesar 3 juta rupee India (sekitar ยฃ25,500) untuk menutupi biaya perawatan medis dan psikologis, hilangnya waktu sekolah, dan โrasa sakit, penderitaan, dan tekanan yang dialami Aaryan dan keluarga kamiโ.
Manish Pathania mengklaim bahwa putranya membutuhkan lebih banyak jahitan daripada yang dipahami oleh pusat selam, mengalami nyeri punggung bawah untuk sementara, tetap cemas di sekitar air dan tidak masuk kelas akibat tekanan psikologis.
Blue Marlin Dive membantah bahwa pihaknya telah membayar hampir 96 juta rupiah (sekitar ยฃ4,300) sebagai tanggapan langsungnya terhadap insiden tersebut atas dasar niat baik dan tanpa pengakuan tanggung jawab, dan bahwa ini merupakan penyelesaian akhir.
Tidak ada klaim asuransi perjalanan yang diajukan pada saat itu oleh keluarga tersebut, dan Blue Marlin menyarankan agar klaim lebih lanjut diajukan melalui penyedia asuransi perjalanan atau kesehatan mereka.
'Upaya terselubung'
Menggambarkan tuntutan Pathanias sebagai "upaya pemerasan terselubung", Wirawan mengatakan bahwa keluarga menolak untuk menerima bahwa luka Aaryan hanya terbatas pada lima "luka robek dangkal" dan bahwa ia diharapkan akan pulih dengan baik.
Menyelam di Blue Marlin dimulai pada tahun 1990 di Gili Trawangan oleh instruktur selam dan penyelam teknis Inggris Simon Liddiard yang, bersama istrinya Jane, memiliki Blue Marlin Dive UK.
Perusahaan ini kini mengklaim sebagai operator selam terbesar di Indonesia, dengan lokasi tidak hanya di Gili Trawangan tetapi juga di Gili Meno, Gili Air, Komodo, Senggigi Lombok, dan Kuta Lombok. Operasionalnya mengoperasikan 12 dayboat dan dua liveaboard.
Juga di Divernet: 4 YANG TERBAIK DI GILI TRAWANGAN, PULAU GILI TERBAIK, KEJUTAN PENYU DI PULAU-PULAU KECIL GILI DI INDONESIA