Tim penyelam telah menemukan sisa-sisa armada kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda abad ke-17 yang karam di lepas pantai Sulawesi Tenggara di Indonesia.
Arqueonautas Worldwide, sebuah organisasi arkeologi maritim asal Portugal, melaksanakan ekspedisi pengintaian selama delapan hari yang berakhir pada tanggal 6 Mei bekerja sama dengan afiliasi Maresearch Indonesia, Biro Perlindungan Warisan Budaya daerah (BPCB Sulawesi), dan Asosiasi Penyelamatan Warisan Budaya Bawah Air Jerman.
Armada Ternate yang terdiri dari lima kapal hilang pada tahun 1650 ketika berlayar dari Batavia (sekarang Jakarta) menuju pulau rempah-rempah Ternate di Indonesia bagian timur, membawa tentara, sebagian besar dari mereka adalah orang Jerman, beserta perlengkapan dan perbekalan. Kapal-kapal itu adalah andalannya Tijger, Bergen op Zoom, Luijpaert, Aechtekercke dan De Joffer.
Kelima kapal tersebut terdampar di terumbu Sagori, sebuah atol yang belum dipetakan di sebelah barat pulau Kabaena. Upaya untuk mengapungkan kembali mereka gagal, meskipun selama dua bulan berikutnya 581 orang yang terbuang berhasil menyelamatkan sebagian besar muatan dan bahkan berhasil membuat kapal baru dari bagian-bagian yang lama.
Mereka juga menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Buton, yang menurut Arqueonautas akan membentuk politik regional selama 300 tahun ke depan. Jurnal peristiwa yang ditemukan 10 tahun lalu di arsip resmi Belanda mengarah pada ekspedisi tersebut.
Sagori dihuni oleh sekelompok kecil orang Bajau, atau gipsi laut, dan bangkai kapal tersebut juga terkenal karena orang-orang yang terdampar, yang tidak biasa pada saat itu, tampaknya hidup berdampingan secara damai dengan mereka sebelum akhirnya mereka diselamatkan.
Suku Bajau, yang merupakan penyelam bebas yang terampil, diasumsikan telah menemukan artefak yang tersisa bertahun-tahun yang lalu. Namun, tim ekspedisi internasional yang terdiri dari tujuh orang, termasuk pemimpinnya Dr Horst Liebner, arkeolog maritim Jerman Dr Thomas Foerster dan fotografer Inggris Immanuel Bryson-Haynes, menemukan bahwa penduduk modern Sagori mampu mengarahkan mereka ke dua kemungkinan lokasi penyelaman bangkai kapal.
Saat menyelam, mereka menemukan banyak peluru meriam dan batu pemberat, paku yang tertanam, dan sesuatu yang tampak seperti pisau. Diperkirakan lokasi utama yang disurvei adalah kapal terbesar, yaitu Harimau. Penduduk Sagori diketahui mengetahui setidaknya tiga kemungkinan lokasi lainnya, dan kampanye arkeologi akan berlanjut tahun depan.
19-Mei-16
[banner adrotate = ”11 ]
[banner adrotate = ”12 ]
[banner adrotate = ”13 ]
[banner adrotate = ”14 ]
[banner adrotate = ”15 ]
[banner adrotate = ”16 ]