BERITA SELAM
Bahaya ganda bagi makhluk laut
Merasakan panasnya: ikan bass hitam di Georgia. (Gambar: NOAA)
Berita bahwa satu juta spesies hewan dan tumbuhan menghadapi kepunahan akibat perubahan iklim dan polusi, yang diungkapkan dalam laporan keanekaragaman hayati PBB, telah menjadi berita utama internasional. Namun sebuah penelitian yang dipimpin oleh Rutgers University di AS dan dirilis pada saat yang sama, menunjukkan bahwa makhluk lautlah yang paling terkena dampak pemanasan global.
Perubahan iklim telah menyebabkan dua kali lebih banyak spesies penghuni lautan dibandingkan spesies daratan menghilang dari habitatnya, menurut tim ilmiah. Mereka mengatakan bahwa kehidupan laut tidak hanya lebih sensitif terhadap pemanasan tetapi juga kurang siap untuk menghindari kenaikan panas.
Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian pertama yang membandingkan sensitivitas spesies laut dan darat berdarah dingin serta kemampuan mereka mengatasi panas saat berada di habitat normalnya.
9 Mei 2019
Para penulis menghitung kondisi aman untuk 88 spesies laut dan 294 spesies darat, serta suhu paling dingin yang tersedia untuk masing-masing spesies pada waktu terpanas dalam setahun. Mereka menemukan bahwa spesies laut lebih cenderung hidup di tepi suhu tinggi yang berbahaya, dan tidak memiliki kemampuan hewan darat untuk berlindung dari panas di hutan, daerah yang teduh, atau di bawah tanah.
Peristiwa kepunahan kuno yang terkait dengan perubahan iklim yang cepat sering kali terkonsentrasi pada garis lintang tertentu dan ekosistem tertentu, namun penelitian ini menunjukkan bahwa pemanasan di masa depan kemungkinan besar akan memicu hilangnya lebih banyak spesies laut dari habitat lokal, dan pergantian spesies laut yang lebih besar.
Penelitian diterbitkan di jurnal Nature.
Sementara itu penelitian lain yang mengkhawatirkan, yang satu ini diterbitkan di Nature Geoscience, telah menggunakan catatan musiman terumbu karang selama empat abad untuk menyoroti perubahan dramatis dalam pola peristiwa pemanasan El Niño di Samudera Pasifik tropis dalam beberapa tahun terakhir.
Para ilmuwan yang dipimpin oleh Universitas Melbourne menggunakan data arsip untuk menganalisis dan membedakan berbagai jenis El Niño yang terjadi selama 400 tahun terakhir. Mereka mengatakan bahwa karakteristik El Niño yang melekat pada kimia karang menunjukkan bahwa kategori kejadian baru yang lebih intens telah menjadi jauh lebih umum dalam beberapa dekade terakhir.
Perubahan El Niño diperkirakan akan mempengaruhi pola curah hujan dan suhu ekstrem di Australia, Asia Tenggara, dan Amerika pada tahun-tahun mendatang. “Mengetahui bagaimana berbagai jenis El Niño terjadi di masa lalu berarti kita lebih mampu membuat model, memprediksi dan merencanakan El Niño di masa depan dan dampak luasnya,” kata para ilmuwan.
- TUBUH PENYELAM SCUBA yang hilang di Lake Pleasant, Arizona pada tanggal 4 Mei, seperti dilansir Divernet, telah ditemukan dari kedalaman 60m oleh tim penyelam profesional. Diidentifikasi sebagai Joshua Rosen, 30, dia dikatakan sedang melakukan penyelaman teknis bersama dua orang lainnya.
- DI TEMPAT LAIN DI AS, Penjaga Pantai telah mengoordinasikan pencarian udara-laut setelah seorang pria menelepon dari perahu untuk melaporkan istrinya yang berusia 73 tahun hilang. Mereka telah menyelam sejauh tujuh mil dari Summerland Key di Florida Keys pada Selasa (7 Mei).